Minggu, 07 Juli 2013

HUBUNGAN KESEJARAHAN ANTARA KERAJAAN MAMUJU DAN KERAJAAN BALI



Kedatangan Abiseka Raja Majapahit Bali Sri Wilatikta Tegeh Kori Krena Kapakisan XIX, Dr. Shri I Gusti Ngurah Arya Wedakarna ke Sulawesi Barat, khususnya di Mamuju, bukan tanpa alasan. Demikian halnya saling muhibah antara bangsawan Kerajaan Mamuju dengan kerajaan di Bali di acara-acara kerajaan. Misalnya perayaan hari jadi Mamuju beberapa saat lalu. Keduanya ada hubungan kesejarahan. Walau hubungan Bali dengan Mandar bukan hal ‘luar biasa’, di sisi lain tak banyak yang tahu, hubungan tersebut menjadi terkenal sebab adanya kekerabatan bangsawan Kerajaan Mamuju dengan kerajaan di Bali. Berikut hubungan Kerajaan mamuju dengan kerajaan Bali yang di ambil dari lontara mandar yang telah di transliterasi ke bahasa indonesia

“Satu ketika, datanglah bangsawan dari Bali dengan puterinya yang cantik bernama Meraarappuang. Diberitakan oranglah kepada Raja Mamuju. Kata Raja Mamuju, pergilah lihat dan cari akal agar ia tidak boleh pulang! Maka pergilah orang yang disuruh raja. Setiba di sana, ia mengatakan: mari kita masuk di sungai! Maka masuklah perahu bangsawan Bali itu ke Sungai Mamuju. Setelah perahu itu di sungai, pergilah raja Mamuju ke perahu bangsawan Bali itu. Setiap saat Raja Mamuju ke perahu itu, terutama di waktu malam. Setiap malam jugalah pengawal Raja Mamuju secara diam-diam menimbun batu dan pasir di muara sungai bersama rakyat Mamuju. Ketika bangsawan Bali itu pamit pada raja Mamuju untuk pulang ke Bali, paginya ia lihat muara sudah tertutup dengan pasir (sekarang digelar Bone Tangnga ‘Pasir Tengah’). Perahu bangsawan Bali itu tak boleh pulang, akhirnya ia tinggal di Mamuju. Tak berapa lama, kawinlah raja Mamuju denga putri bangsawan Bali itu. Menjelang beberapa lama sesudah kawin iapun mengidamlah. Yang diidamkannya adalah tiram dan mulailah di sini orang Mamuju makan tiram. Dia idamkan juga buah-buahan. Sementara ia hamil, pulanglah ia ke Bali. Tak lama di Bali, lahirlah anaknya laki-laki, kembar dengan parang, yang diberinya nama Lasalaga. Setelah besar anak Mamujunya, wafatlah ayahnya. Maka pergilah orang Mamuju ke Bali untuk mengambil anak rajanya. Setiba di Bali, tak berhasil mereka membawanya pulang karena orang Bali tak mau berikan. Pulanglah orang Mamuju dengan hampa tangan. Setiba di Mamuju rusaklah Mamuju, karena anak. Mamujunyalah yang jadi raja. Daerah kacau, paceklik terjadi. Kembalilah orang Mamuju ke Bali untuk menjemput anak rajanya dengan membawa Sakkaq Manarang yang pandai besi. Dia tidak mau ke Mamuju, karena tidak diluaskan oleh orang Bali. Maka orang Mamuju bilang, kalau tak boleh ke Mamuju tak apalah, hanya kami ingin tidur bersama dengan anak raja kami di perahu malam ini, karena besok kami pulang. Setelah  anak raja itu turun ke perahu, Sakkaq Manarang naik ke darat mengebor/melubangi semua perahu yang ada. Subuh hari, berlayarlah orang Mamuju dengan membawa anak rajanya pulang ke Mamuju. Orang Bali berusaha mengejarnya tapi sia-sia karena perahunya bocor semua. Tiba di Mamuju, dialah yang jadi raja. Karena ia tak tahan melihat orang Mamuju yang keterlaluan, pulanglah ia ke Bali kembali. Setiba di Bali, kerjanya hanya memerangi/menyerang kerajaan lain, dikalahkannya Sassa. Pulanglah ia ke Gowa. Didengarlah oleh orang Mamuju bahwa dia di atas (di daerah Gowa), maka berkumpullah orang Mamuju yang tak tahan lagi karena Mamuju saat itu negeri kacau-balau, rakyatnya bunuh-membunuh. Disepakatilah dia dijemput.  Setiba di sini (Mamuju), ia kawin dengan sepupu sekalinya. Kerjanya di Mamuju dia menyerang kerajaan/negeri yang lain. Dikalahkannya Kuri-Kuri, dan rakyat satu daerah/kampung Kuri-Kuri jadi pengawal (joaq). Orang Alukalulah yang jadi orang Bone-Bone, orang Kuri-kuri yang jadi Kasiba. Raja Mananggalalah yang jadi Paqbicara, dialah jadi Pue Tokasiba, karena dia mengikuti budaknya dari Kuri-kuri sehingga masuklah atau menjabatlah Pue Tokasiba. Puatta di Mamuju ke Kalumpang mengadakan perjanjian dan dialah yang mengalahkan Ringgi dan Bunu-Bunu. Sesuai perjanjian Kalumpang, Tanah Mamuju mulai Pembuni sampai ke ujung batas tanah Mamuju, Lalombi, dan sampai ke Lebaniq di seberang sungai Simboroq, di Siruma. Tanah Kaililah di sebelah tanah/daerah Mamuju di arah matahari terbit  sampai bertemu tanah di Kaili. Di arah matahari terbit, berbatasan dengan Luwuq.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar